Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai (Lukas 12:22)
Kita memang tidak ingin berdebat dengan Yesus, namun mungkin kadangkala kita bertanya-tanya dalam hati, apakah firmanNya tentang kekuatiran itu realistis? (Lukas 12:22). Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan? Tidak bolehkah kita kuatir jika tiba-tiba kita sakit? Bukankah hal-hal seperti itu menakutkan, karena kita akan sulit memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan?
Tak ada kalimat lain dalam bahasa apapun didunia ini yang dapat menimbulkan kekuatiran seperti pertanyaan, "Bagaimanakah Jika ?" Bila kita terus menggumamkan kalimat itu, maka akan terbayang satu demi satu kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Kita tidak lagi ingat akan fakta bahwa kebutuhan kita selalu terpenuhi, baik di masa lalu maupun saat ini. Kita senantiasa dihantui perasaan takut kalau-kalau sumber penghasilan kita terhenti.
Memang bijak jika kita merencanakan masa depan, namun bayangan yang mencemaskan tentang kesulitan di hari esok (padahal sumber penghasilan kita baik-baik saja) sering kali tak mudah dihilangkan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatiran akan hari esok adalah sia-sia belaka. Kita tidak perlu gentar dengan apa yang akan terjadi atau apa yang kita butuhkan. Satu-satunya kebutuhan yang tidak dapat Allah penuhi adalah kebutuhan "khayal" kita tentang hari esok.
Jika Allah telah memberikan kebutuhan pangan yang cukup bagi kita hari ini, mengapa kita tidak mengijinkan Dia memberikan perhatian yang sama untuk masa depan kita?
-- Kekuatiran menguras perhatian kita pada masalah-masalah yang belum tentu terjadi.
(Renungan Harian, Ed.Juni 2001)
Kamis, Juni 05, 2008
Bagaimana Jika...
Label: Saat Teduh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar