Jumat, Juni 27, 2008

Kulit Berminyak


Kulit wajah berminyak ditandai dengan permukaan kulit yang terlihat mengilap, terutama saat bangun di pagi hari. Riasan pada kulit berminyak biasanya lebih cepat luntur karena kelenjar minyak pada wajah selalu aktif, baik siang ataupun malam hari.
Pori-pori juga terlihat lebih besar serta diikuti dengan penumpukan komedo di sekitar cuping hidung. Kulit berminyak juga lebih rentan terhadap jerawat.
Sayang, kelebihan minyak pada wajah ini tidak dapat dihilangkan karena sudah merupakan bawaan sejak lahir. Kendati begitu, Anda dapat menguranginya dengan pengaturan pola makan yang baik, misalnya menghindari gorengan serta memperbanyak makan sayur dan buah.

Pembersih
Gunakan pembersih wajah berbentuk lotion atau cair dengan PH yang seimbang, atau kombinasikan keduanya. Setelah menyaput kotoran pada kulit muka dengan lotion, bisa juga diikuti dengan pemakaian sabun lalu bilas hingga bersih.
Sebaiknya bersihkan kulit wajah 2-3 kali sehari bila berada di rumah. Saat berada di luar rumah, tisu penyerap minyak bisa dipakai untuk mengurangi minyak yang berlebihan. Selain menyerap minyak, tisu ini juga dapat menjaga riasan agar tetap terlihat rapi karena ada juga yang dilengkapi dengan bedak. Bila Anda memilih kertas penyerap minyak berbedak, pilih yang warna bedaknya sesuai warna kulit.
Penyegar
Gunakan cairan astringent sebagai penyegar karena dapat mengangkat minyak yang berlebih. Jika bingung memilih produk yang cocok, mintalah nasihat konsultan kecantikan tempat Anda membeli produk perawatan. Pasalnya, setiap merek mempunyai kandungan yang berbeda-beda. Sebaiknya ganti produk perawatan yang Anda pakai maksimal dua tahun sekali untuk mencegah kulit jadi resisten (kebal) terhadapnya.
Pelembap
Meskipun kulit wajah Anda berminyak, sebaiknya oleskan juga pelembap pada kulit sebelum bersolek. Pilihlah produk oil free berbentuk cairan agar wajah tidak bertambah mengilap. Bubuhkan pelembap ini secara merata dari wajah hingga leher.

(kompas.com)

[+/-] Selengkapnya...

Sabotase


Kata "sabotage" (sabotase, dalam bahasa Indonesia) yang berasal dari Perancis ternyata memiliki riwayat unik.
Pada masa pra-Revolusi Industri, pekerja-pekerja pabrik mengenakan sepatu kerja khusus yang terbuat dari kayu. Sepatu itu bernama "Sabot"
Saat datangnya Revolusi Industri, banyak mesin menggantikan kerja manusia, yang akhirnya meningkatkan pengangguran. Para pekerja memprotes kedatangan mesin-mesin ini dengan melemparkan sepatu kerja mereka ke dalam mesin (umumnya mesin tenun), sehingga mesin-mesin tadi menjadi macet atau rusak.
Dari masa inilah dikenal istilah "sabotase".

[+/-] Selengkapnya...

Ketika Kita Kehilangan

"dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu." (Ayub 42:10)
Bacaan: Ayub 1-2, 42:7-17

Sungguh sedih saat ngeliat banyak orang yang maunya cuman seneng-seneng aja. Pas semuanya hepi-hepi, mereka bisa deket ama Tuhan dan ngomong Tuhan itu baik banget. Tapi saat Tuhan ijinkan "chocolate" yang kita sukai mulai dipindahkan dan perubahan yang enggak mengenakan itu mulai terjadi, kitapun jadi stress dan sewot abis. Sukacita yang selama ini terpancar jadi ilang digantikan ama rupa yang ruwet banget. Dulunya setia ibadah sekarang jadi males.
Udah jatuh tertimpa tangga. Ini gambaran yang gampang tentang Ayub. Bayangin aja, kerajaan bisnis yang udah dibangun bertahun-tahun harus ludes dalam sekejap mata. Usaha eksport importnya macet total. Bisnis propertinya juga merugi. Udah gitu anak-anaknya meninggal ketika lagi asyik bersalsa ria di diskotek. Istrinya juga meninggalkan dia. Dia sendiri kena penyakit panu yang gatal banget.

Ayub kehilangan "chocolate" raksasanya, bahkan enggak disisakan sedikitpun juga. Ini perubahan yang berat banget bagi Ayub. Kalo kita yang jadi Ayub, bisa-bisa kita protes berat ama Tuhan. Bisa-bisa kita bilang "Tuhan tuh gak adil", "Tuhan itu jahat", "Tuhan itu cuman omong kosong dan isapan jempol aja". Ya, kita akan menyalahkan Tuhan karena Tuhan mengijinkan "chocolate" kita dipindahkan.
Kita akan salut banget saat ngeliat reaksi Ayub dalam menanggapi perubahan itu. Yang jelas Ayub enggak protes, enggak ngomong kotor, enggak ada sumpah serapah keluar dari mulutnya. Bahkan ia menanggapi perubahan itu dengan sikap positip banget. Ia tetap bersyukur ama Tuhan!
Apa sih reaksi kita waktu "chocolate" kita dipindahkan? Kalo kita ngeliat setiap perubahan dengan kacamata positip, berani jamin deh kalo kita enggak bakal mundur apalagi meninggalkan Tuhan. Kita percaya, bahwa dibalik setiap perubahan itu ada rencana Tuhan yang dahsyat banget. Perubahan yang buruk enggak selamanya terus buruk. Perubahan yang buruk itu kadangkala justru membawa kita ke tempat yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Hilangnya "chocolate" kita justru membuat kita berani menemukan "chocolate" kita yang lain, yang lebih baik tentunya. Kisah Ayub diakhiri dengan happy ending. Ia memang kehilangan "chocolate"nya, tapi akhirnya ia menemukan dan mendapatkan "chocolate" yang lebih baik dari sebelumnya.

(Funky 'n Gaul vol.27, "Who Moved My Chocolate?", dari judul "Apa reaksi kita?")

[+/-] Selengkapnya...

Anarki Demo BBM?


Melihat sikap anarkis mahasiswa yang sering ditunjukkan akhir-akhir ini dalam demo yang ditayangkan di beberapa media malah buat jengkel sendiri, padahal banyak masyarakat yang "dah ngomong" kalo demo tidak akan jadi masalah kalo demo itu tidak ada anarki dan mengganggu kepentingan umum. Bukankah aspirasi masyarakat yang mahasiswa sampaikan juga nantinya untuk kesejahteraan masyarakat? Tapi kenapa malah "cara" penyampaian tersebut malah merugikan masyarakat sekitar? Toh cara yang "buruk" tersebut pada akhirnya menyakiti para mahasiswa tersebut.
Tak habis pikir deh kaum "calon" intelektual berpendidikan seperti ini bersikap layaknya kekerasan, bukankah seharusnya kita memikirkan jalan keluar dari masalah-masalah yang bangsa kita hadapi ini? Bukan hanya dengan "Turunkan BBM!" saja, tetapi setidaknya dibarengi solusi, apalagi jika itu ada suatu karya kreatif dari mahasiswa misal alat pengubah CO2 menjadi Bahan Bakar (misal loooo...) yang ramah lingkungan. Pasti baru deh dapat simpati dari masyarakat luas.

Laaaaaa kalo dengan cara "ugal-ugalan" gini apa dong manfaatnya mengikuti suatu organisasi-organisasi yang ada di kampus-kampus? Yang mengajarkan berorganisasi dan bermasyarakat serta mengajarkan dialog bermusyawarah dalam memecahkan masalah. Apa organisasi yang pernah diikuti hanya untuk kongkow-kongkow aja?
But, ngomong-ngomong tentang "kenaikan harga BBM", selain masyarakat kecil pada umumnya apalagi bagi orang-orang "kecil" yang kerja di perantauan terus nge-kost itu dampaknya sangat terasa sekali, karena saya sendiri sebagai seorang "anak Kost" juga merasakan dampak yang amat sangat berat sekali ^_^!. Apalagi mahasiswa yang belum bekerja (karena nyari pekerjaan emang susah) dan tinggal dalam kost, wuaaaaahhh....mantab deh penderitaannya. Mungkin itu salah satu penyebabnya sikap perilaku mahasiswa yang "ugal-ugalan" dalam berdemo.
Saya sendiri hanya bisa pasrah dan pasrah aja pada keadaan, karena semua kehidupan yang saya jalani didunia emang saya serahkan pada Yang Maha Kuasa, saya pasrah karena juga masih percaya pada pemerintahan saat ini, karena saya masih yakin kalau pemerintah tidak akan menyengsarakan rakyatnya (kecuali oknum-oknum tertentu yang "nakal").
Dalam keterbatasan materi ini saya justru dituntut untuk kreatif dalam mengelola keuangan dan juga memikirkan untuk ingin menjadi seorang wirausahawan yang mandiri, karena sebagai mantan siswa SMK dan Diploma emang dididik untuk berwiraswasta. Kita dituntut untuk tidak tergantung pada siapa saja yang memberi kita pekerjaan, artinya kita tidak boleh dipekerjakan oleh "Pekerjaan" tapi mempekerjakan "Pekerjaan" dalam bahasa tingkat tingginya yaitu menciptakan lahan pekerjaan. Dan sebenarnya mempekerjakan "Pekerjaan" itu tidaklah bermodalkan uang atau harta tapi kegigihan dan keuletan kita, saya bisa ngomong begini karena saya lihat dari pengalaman ayah saya dulu.
Wait!!! topiknya mau melenceng nehhh...oke deh to be continued ajah....next: The Tailor Begins!! (Berwiraswasta modal no money)

[+/-] Selengkapnya...